Suatu kabar menggembirakan dipublikasikan dari hasil Penelitian WCS : Wildlife Conservation Society yang berpusat di NYC Amerika Serikat bertepatan pada tgl 26 Desember 2008 ---yaitu 4 tahun selang berlalunya Tsunami Aceh--- terhadap kondisi di lokasi perairan laut yang terhantam mega bencana Tsunami memperlihatkan mulai meluasnya pertumbuhan terumbu karang: corals yang didapati di 60 titik lokasi pada sepanjang 800 km sepanjang perairan yang menghadap Samudera Hindia di Propinsi Aceh.
Penelitian WCS yang bekerja sama dengan institusi ARCCoERS : Australian Research Council Centre of Excellence for Coral Reef Studies berhasil mendokumentasikan meluasnya pertumbuhan baby corals yang muncul dalam kepadatan yang relatif tinggi hingga pantas dianggap sebagai suatu proses kepulihan kembali: recovery atas kehancuran luar biasa akibat dampak bencana Tsunami. Para peneliti menghubungkan keberhasilan pertumbuhan kembali gugusan koloni terumbu karang tersebut atas faktor ketahanan alamiah sejumlah species tertentu terumbu karang laut disamping kebehasilan dalam mengurangi praktek penangkapan ikan oleh beberapa komunitas nelayan lokal dengan cara peledakkan bom ikan atau dinamit yang berakibat menghancurkan habitat karang laut ataupun sebaran racun cyanide untuk memabukkan ikan hingga memudahkan dalam penangkapan.

Dr. Stuart Campbell, selaku Koordinator of Wildlife Conservation Society untuk Indonesia Marine Program mengungkapkan hasil kerja monitoring ilmiah menunjukkan pertumbuhan kembali yang cepat dari guguan tunas muda terumbu karang laut pada kawasan yang tadinya rusak parah terhantam bencana Tsunami, disamping itu didapatkan pula munculnya kembali sejumlah species corals yang tadinya sempat diduga musnah akibat penangkapan ikan yang merusak.
Fakta menggembirakan ini adalah kabar baik bagi kalangan pecinta lingkungan sedunia selain dapat munculnya rumusan baru berdasar kajian atas fakta proses recovery yang berlangsung relatif cepat hingga dapat berguna sebagai masukan untuk manajemen pengelolaan kawasan karang laut di seantero dunia yang kini menghadapi dampak perubahan iklim global.

Penelitian WCS sesungguhnya mencakup suatu tepian dalam kawasan wilayah “Coral Triangle” yang secara keseluruhan meliputi negara-negara Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Philipina, Solomon Islands, dan Timor-Leste; yang diyakini kalangan ilmuwan mengandung 75% dari seluruh kekayaan biodiversitas corals dunia. Untuk penduduk Aceh sendiri yakni khususnya bagi kalangan nelayan setempat terjaganya kelestarian lingkungan terumbu karang laut dapat menjadi suatu sumber daya mesin ekonomi yang amat berharga guna menghasilkan produksi penangkapan ikan untuk dijual disamping menjadi rekreasi selam : snorkeling yang berharga serupa tambang emas untuk menarik turisme beserta dolar wisatawan mancanegara.


Sumber: Up dates situs / Rizal AK.
|
This entry was posted on 17.04 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: